Klik Daftar / Register Paypal untuk Bisnis Online Anda

Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

INFORMATION UPDATE

Saturday, October 15, 2011

Buah Merah (Pandanus conoideus)


Sari Buah Merah sudah dirasakan manfaatnya oleh ribuan orang yang mengkonsumsinya. Banyak yang menyatakan bahwa Buah Merah sangat ampuh dalam membantu mengatasi berbagai penyakit degeneratif. Jika Anda ingin mencoba hal yang baru untuk meningkatkan kesehatan atau mengatasi keluhan kesehatan Anda maka buah merah sangat cocok untuk dicoba.
Sari Buah Merah pertama kali diperkenalkan sebagai suplemen kesehatan berkhasiat oleh Drs. I Made Budi, M.S. Pada awalnya hasil penelitian olahannya ini hanya dibagikan kepada keluarga dan para tetangga yang menderita sakit. Karena terbukti ampuh, berita soal Buah Merah ini cepat menyebar dan berkat promosi getok tular inilah lebih dari 1.000 orang di berbagai daerah dan mancanegara kini telah merasakan khasiat Sari Buah Merah. Penyakit yang dapat disembuhkan oleh Buah Merah (Pandanus conoideus) beragam, diantaranya: Kanker, Tumor, Kolesterol, Asam urat, Diabetes, Hipertensi, Flek paru, Hepatitis, Jantung koroner, Sakit mata, dan Osteosporosis (rapuh tulang). Buah Merah ampuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh sehingga dapat membantu dalam melemahkan virus HIV/ AIDS.

Tokoferol, alfatokoferol, dan betakaroten yang terkandung dalam Buah Merah berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Ketiga senyawa inilah yang membantu proses penyembuhan penyakit kanker, tumor, dan HIV/AIDS. Senyawa antioksidan ini bekerja menekan dan membunuh sel-sel kanker yang berbahaya.

Tokoferol yang ada di dalam Buah Merah tersebut adalah vitamin E alami yang bisa mengencerkan darah. Hal ini baik untuk penderita stroke. Sementara itu, betakaroten di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh manusia. Vitamin A inilah yang berfungsi membantu menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan mata.

Senyawa asam lemak tak jenuh, seperti omega 9, omega 6, dan omega 3 berperan membantu sistem kerja otak. Selain itu, senyawa ini di dalam tubuh juga bisa bekerja sebagai antioksidan. Kalsium dan besi yang ada di dalam Buah Merah sangat tinggi dan bisa membantu mencegah dan mengobati Osteoporosis.

Baca lebih lanjut tentang Buah Merah

Sekilas Buah Merah

Mitos Buah Merah

Mitos Buah Merah Buah Merah yang sudah dikenal ampuh mengatasi berbagai penyakit ini ternyata mempunyai mitosnya sendiri. Menurut kepercayaan penduduk Suku Dhani di Memberamo, Papua, ribuan tahun yang lalu, nenek moyang mereka turun dari Gunung Pugima ke daerah Wesakpog untuk berkumpul. Gunung Pugima, menurut mereka adalah gunung Jayawijaya yang merupakan gunung tertinggi di Indonesia dan Wesakpog adalah sebuah daerah di Lembah Baliem.

Setelah berkumpul di Wesakpog, nenek moyang orang Papua ini kemudian melanjutkan perjalanan tanpa membawa bekal dan peralatan sama sekali. Mereka kemudian menyebar ke seluruh penjuru mata angin.

Dalam perjalanan, sebagian dari mereka ada yang berhenti untuk beristirahat dan membuat api. Menurut cerita masyarakat Suku Dhani, di tempat mereka beristirahat tersebut, Sang Pencipta menurunkan peralatan berupa busur, anak panah, kapak batu, batu api, bermacam-macam tumbuhan, serta binatang piaraan. Tumbuhan yang dimaksud di antaranya ubi dan Buah Merah. Setelah mematikkan batu api, mereka membakar ubi dan Buah Merah. Sisa Buah Merah tersebut kemudian diberikan kepada binatang piaraannya. Di tempat beristirahat dan membuat api itulah mereka kemudian membuat perkampungan dan berkembang menjadi berbagai macam suku seperti sekarang ini.

Sementara itu, sebagian nenek moyang orang Papua terus berjalan melanjutkan perjalanan darat dan sebagian lagi menyeberangi lautan menggunakan rakit. Diduga kuat, mereka yang menyeberangi lautan ini sampai di Benua Australia dan menjadi cikal-bakal Suku Aborigin.

Hingga sekarang, Buah Merah tetap menjadi makanan sebagian penduduk Pulau Papua, terutama yang bermukim di daerah Pegunungan Jayawijaya. Oleh penduduk, Buah Merah ini dijadikan campuran makanan sehari-hari. Mereka memeras Buah Merah setelah membakarnya dengan batu. Sari Buah Merah hasil perasan ini mereka konsumsi bersama ubi, sayuran, dan bahan makanan lain.

Dalam upacara bakar batu, Buah Merah pun menjadi elemen pokok. Upacara bakar batu biasanya dilakukan untuk mengumpulkan masyarakat, terutama dalam satu suku, ketika ada suatu acara, seperti pernikahan, hari natal, idul fitri, tahun baru, perayaan panen, menyembah leluhur, kematian, atau untuk mempererat hubungan ikatan keluarga. Hidangan hasil upacara bakar batu tidak lengkap dan kurang nikmat jika tidak menggunakan buah yang masih satu famili dengan tanaman pandan ini.
Deskripsi Tanaman Buah Merah

Tanaman Buah Merah adalah tanaman yang masih satu famili dengan tanaman pandan. Pandanus conoideus ini di habitat aslinya (Pulau Papua) tumbuh dari dataran rendah dekat pantai sampai dataran tinggi. Bahkan, di lereng pegunungan Jayawijaya diketinggian 2.500 m dpl. tanaman ini bisa ditemukan. Tanaman berkayu ini tumbuh bercabang sampai mempunyai 5 cabang. Daunnya berbentuk pita yang pinggirnya berduri-duri kecil. Tinggi tanaman bisa mencapai 15 meter. Akarnya berbentuk akar udara yang menggantung sampai ketinggian satu meter dari pangkal batang. Tanaman ini berbuah saat berumur tiga tahun sejak ditanam.

Buah merah umumnya berbentuk panjang lonjong atau agak persegi. Panjang buah 30-120 cm. Diameter buah 10-25 cm. Buah ini umumnya berwarna merah, merah kecokelatan, dan ada pula yang berwarna kuning. Kulit buah bagian luar menyerupai buah nangka. Di Papua, beberapa daerah yang menjadi sentra Buah Merah adalah daerah-daerah yang berada di sepanjang lereng pegunungan Jayawijaya. Di antaranya Kelila, Bokondini, Karubaga, Kobakma, Kenyam, dan Pasema.
Buah Merah dan Peluang Usaha Masyarakat
Saat panen raya Buah Merah, masyarakat Papua biasanya memasak Buah Merah seperti halnya masyarakat di Pulau Jawa membuat minyak kelapa. Minyak sari Buah Merah tersebut kemudian disimpan di dalam bumbung bambu dan bisa bertahan selama satu tahun. Cadangan minyak tersebut digunakan untuk memasak makanan, seperti halnya minyak goreng. Minyak Buah Merah ini digunakan untuk pengganti minyak goreng yang harganya di daerah pedalaman relatif mahal.

Sampai sekarang sari Buah Merah tetap digunakan oleh masyarakat Papua. Sebagian besar penduduk yang mengonsumsi Buah Merah, baik berupa pasta dalam makanan sehari-hari maupun minyaknya, jarang terkena penyakit, tubuhnya kuat, dan staminanya prima. Kenyataan ini banyak mengundang pertanyaan masyarakat pendatang, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mulai mencoba memanfaatkan Sari Buah Merah, terutama minyaknya.

Sejak I Made Budi, salah seorang dosen di Universitas Cenderawasih Jayapura, meneliti kandungan buah ini, masyarakat pendatang ramai-ramai mengeksploitasi buah ini dari pedalaman. Hingga saat ini hampir semua elemen masyarakat, dari yang masih berkoteka, aparat pemerintah, hingga kalangan swasta ramai-ramai terjun mengolah Buah Merah. Karenanya, tidak mengherankan jika Buah Merah kemudian mendapat julukan emas merah dari belantara Papua. Minyak Buah Merah hasil olahan mereka kemudian dijual sebagai obat yang banyak membantu menyembuhkan berbagai jenis penyakit, seperti HIV/AIDS, kanker/ tumor, ambeien, diabetes mellitus, asam urat, rematik, jantung koroner, paru-paru, asma, gangguan jantung dan ginjal, tekanan darah tinggi, eksim, dan herpes.
Pro, Kontra, dan Fakta Buah Merah

Sampai saat ini penelitian tentang khasiat dan manfaat sari Buah Merah untuk pengobatan masih belum selesai. Secara klinis pembuktiannya belum dilakukan. Meskipun demikian, secara empiris tidak sedikit penderita penyakit yang sudah merasakan manfaat buah ini. Beberapa di antaranya ada yang mengonsumsi buah ini dengan mengombinasikan bersama obat dokter, ada yang mencampurnya dengan herbal lain, dan ada pula yang mengonsumsinya secara tunggal.

Fenomena ini kemudian mengundang pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat. Ada yang langsung percaya dan menggunakannya untuk pengobatan, ada yang melakukan penelitian, dan ada pula yang masih ragu-ragu akan kemampuan komoditas perkebunan ini. Bagaimana pun kontroversi yang berkembang, di lapangan tidak sedikit penderita aneka penyakit yang sembuh dengan Sari Buah Merah dan akhirnya berani memberikan kesaksian akan kemampuan Pandanus conoideus ini kepada masyarakat.
(Sumber: Buku Keajaiban Buah Merah Kesaksian Dari Mereka Yang Tersembuhkan, Penulis Bernard T. Wahyu Wiryanta)

Kandungan Buah Merah
Sampai saat ini senyawa kimia yang terkandung di dalam sari buah merah masih tidak seragam, terutama tokoferol dan betakarotennya. Beberapa sampel sari buah merah yang diteliti menunjukkan kadar kandungan tokoferol dan betakaroten yang berbeda-beda. Jumlah kandungan dua senyawa ini dipengaruhi oleh tempat tumbuh tanaman dan proses pembuatannya.

Tokoferol dan betakaroten yang tinggi diperoleh dari buah yang berasal dari tanaman dataran tinggi dan melalui proses pemasakan yang benar. Proses pemasakan dengan pemanasan tinggi dan waktu lama akan menurunkan dua kandungan tersebut. Kandungan senyawa kimia ini juga dipengaruhi oleh jenis buah merah tersebut. Dipedalaman Papua sendiri bisa ditemukan paling sedikit 14 jenis atau varietas tanaman buah merah.

Sampel sari buah merah barugum yang berhasil diteliti oleh Fakultas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor (IPB) menunjukkan kandungan senyawa kimia seperti yang tertera di Tabel berikut ini.
Kandungan Senyawa Kimia Buah Merah














No. Bahan Kimia Kandungan
1. Tokoferol 511 ppm
2. Alfatokoferol 351 ppm
3. Betakaroten 59,7 ppm
4. Protein 0,27 %
5. Kalsium 9,730 mg
6. Besi 17,885 mg
7. Fosfor 0,774 %
8. Vitamin C 0,088 ug/g
9. Asam Palmitoleat 1091 mg
10. Asam oleat 66057 mg
11. Asam linoleat 5532 mg
12. Asam alfa linolenat 589 mg

Sementara itu, penelitian I Made Budi terhadap buah merah yang dimuat di buku Buah Merah (Penebar Swadaya, 2004) menunjukkan basil seperti di 2 tabel berikut ini.
Kandungan Senyawa Kimia Buah Merah
No.
Bahan Kimia Kandungan
1.
Tokoferol
511 ppm
2.
Alfatokoferol
351 ppm
3.
Betakaroten
59,7 ppm
4.
Protein
0,27%
5.
Kalsium
9,730 mg
6.
Besi
17,885mg
7.
Fosfor
0,774%
8.
Vitamin C
0,088 ug/g
9.
Asam Palmitoleat
1091 mg
10.
Asam oleat
66057 mg
11.
Asam linoleat
5532 mg
12.
Asam alfa linolenat
589 mg

Kandungan Nutrisi per 100 Gram Buah Merah
No. Bahan Kimia Kandungan
1.
Energi
396 kal
2.
Protein
3.300 mg
3.
Lemak
28.100 mg
4.
Serat
20.900 mg
5.
Kalsium
54.000 mg
6.
Fosfor
30mg
7.
Besi
2,44 mg
8.
Vitamin B1
0,90 mg
9.
Vitamin C
25,70 mg
10
Niasin
1,8 mg
11.
Air
34,90 mg

Tokoferol, alfatokoferol, dan betakaroten yang terkandung dalam buah merah dalam proses penyembuhan penyakit berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas. Ketiga senyawa inilah yang membantu proses penyembuhan penyakit kanker, tumor, dan HIV/AIDS. Senyawa antioksidan ini bekerja menekan dan membunuh sel-sel kanker yang berbahaya.

Tokoferol yang ada di dalam buah merah tersebut adalah vitamin E alami yang bisa mengencerkan darah. Hal ini baik untuk penderita stroke. Salah satu pemicu stroke adalah tekanan darah tinggi dan penyumbatan atau penggumpalan darah di pembuluh darah. Jika tekanan darah meningkat dan terjadi penggumpalan atau penyumbatan di dalam pembuluh darah, pembuluh darah bisa pecah. Pecahnya pembuluh darah ini dinamakan stroke. Tokoferol tersebut akan membantu mengencerkan darah, mencegah penggumpalan darah, dan memperbaiki sistem kerja jantung, atau menurunkan tekanan darah. Sementara itu, betakaroten di dalam tubuh akan diubah menjadi vitamin A yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh manusia. Vitamin A inilah yang berfungsi membantu menyembuhkan penyakit yang berhubungan dengan mata.

Senyawa asam lemak tak jenuh, seperti omega 9, omega 6, dan omega 3 berperan membantu sistem kerja otak. Selain itu, senyawa ini di dalam tubuh juga bisa bekerja sebagai antioksidan. Kalsium dan besi yang ada di dalam buah merah sangat tinggi dan bisa membantu mencegah dan mengobati osteoporosis. Sementara itu, senyawa lainnya, seperti vitamin C dan B hanya sedikit.
(Sumber: Buku Keajaiban Buah Merah Kesaksian Dari Mereka Yang Tersembuhkan, Penulis Bernard T. Wahyu Wiryanta)
Info Link : http://id.wikipedia.org/wiki/Buah_Merah_Papua

Bukti Ilmiah Sari Buah Merah

Hasil Penelitian Drs. I Made Budi, M.S.

Buah merah pertama kali dikenalnya saat ia berada di lingkungan masyarakat pedalaman Wamena pada 1988. Ketika itu ia sedang meneliti jamur alam di daerah Kurulu, Wamena. Di sana masyarakat setempat menjadikan buah merah sebagai bagian dari konsumsi harian mereka. Dari informasi yang diperoleh, mereka jarang mengalami kasus penyakit degeneratif. "Data statistik setempat pun mencatat, mereka memiliki angka harapan hidup cukup tinggi," papar alumnus Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) IKIP Negeri Manado tahun 1985 itu.


Sayangnya, kesibukan sebagai dosen tak memberi kesempatan baginya untuk segera menemukan jawaban atas fakta itu. Peluang baru muncul 10 tahun kemudian saat ia menempuh pendidikan S2 di Program Pascasarjana IPB. Bidang ilmu Gizi Masyarakat dipilih lantaran obsesi itu.

Di Laboratorium Gizi IPB Made menganalisis kandungan buah merah. Hasilnya? P. conoideus mengandung senyawa-senyawa aktif berkhasiat dalam kadar tinggi. Yang paling menonjol ialah tingginya kandungan betakaroten dan tokoferol.

Untuk mengetahui aktivitas betakaroten dalam proses metabolisme, misalnya, kelahiran Werdi Agung, desa transmigran di Kecamatan Dumoga, Bolaangmongondouw, Sulawesi Utara, itu mencampurkan ekstrak buah merah ke dalam pakan ayam petelur. Ternyata kuning telur yang dihasilkan menjadi merah."Tandanya betakaroten terserap sempurna dalam proses metabolisme," paparnya.

Dalam sistem metabolisme, setiap molekul betakaroten akan menghasilkan 2 molekul vitamin A. Dengan tersedianya vitamin A dalam jumlah cukup, penyerapan protein yang mendukung sistem kekebalan tubuh dapat ditingkatkan. Penelitian pada ayam petelur membuktikan itu. "Ayam yang pakannya diberi ekstrak buah merah tidak terserang tetelo pada musim penyakit," papar Made.

Hal serupa dilakukan pada ayam potong untuk menguji aktivitas tokoferol yang dikandung buah merah. Ia mencampurkan ekstrak buah merah pada konsentrat keluaran pabrik. Pakan kemudian diberikan pada ayam pedaging berumur 1 bulan dengan dosis standar, 3 kali sehari. Setelah 4 bulan perlakuan, ternyata daging ayam benar-benar bebas lemak. Itu berarti tokoferol mampu menjalankan fungsinya untuk menekan pembentukan lemak tubuh.

Hasil uji aktivitas pada 2001 itulah yang meyakinkan Made, buah merah benar-benar bisa dimanfaatkan sebagai obat. Mengandalkan kadar tinggi betakaroten dan tokoferol sebagai senyawa antioksidan, ia percaya buah merah dapat mengatasi kanker. Apalagi obat alami itu didukung banyak metabolisme. Selain omega 3 dan omega 9—asam lemak tak jenuh yang gampang diserap tubuh, buah merah juga masih dilengkapi sejumlah vitamin dan mineral lain. Penelitian Made mengungkapkan, buah merah mengandung 3 senyawa antikanker yang sangat signifikan.

Ia tidak berhenti di situ. Dimodifikasinya pengolahan buah merah ala masyarakat pedalaman. Tujuannya supaya senyawa-senyawa aktif tidak hilang dan tahan lama. "Dengan begitu khasiat buah merah sebagai obat tidak berkurang," paparnya.

Mula-mula hasil olahannya diberikan kepada keluarga para tetangga di Kompleks BTN Kotaraja, Jayapura, yang menderita sakit. Karena terbukti ampuh, berita soal obat itu cepat menyebar. Berkat promosi getok tular, lebih dari 1.000 orang di berbagai daerah dan mancanegara kini telah merasakan khasiat obat temuannya. Penyakit yang disembuhkan beragam: kanker, tumor, kolesterol, asam urat, diabetes, hipertensi, flek paru, hepatitis, jantung koroner, mata, osteosporosis (rapuh tulang), hingga HIV/AIDS.

Sejak 2003 ia pun ikut membantu mengobati penderita HIV/AIDS di beberapa lembaga sosial di Jayapura, Wamena, Sorong, dan Merauke. "Itu salah satu solusi penting untuk memecahkan masalah HIV/AIDS di Papua," papar pria 44 tahun itu ketika Oktober lalu di salah satu kamar hotel di bilangan Jakarta Barat. Maklum, hingga Juni 2004 jumlah penderita HIV/AIDS di Papua tercatat 1.579 orang. Sebanyak 983 orang terinfeksi virus HIV dan 596 pasien positif mengidap AIDS.

Tak pernah terbersit di benak Made jika sari buah merah bakal melambungkan namanya. Bahkan, sampai membuat mata dunia tertuju ke provinsi di ujung timur Nusantara itu. Semula ahli gizi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Cenderawasih, Jayapura, itu hanya ingin mengungkap misteri kandungan gizi buah itu. Itu pun lantaran penasaran melihat kondisi fisik masyarakat pedalaman Wamena yang prima.

Informasi penting itu kemudian disebarkan kepada masyarakat. Bekerjasama dengan dinas-dinas terkait di Papua, ia aktif menyampaikan manfaat buah merah di berbagai seminar, lokakarya, dan sidang-sidang di DPRD Papua. Tanpa kenal lelah ia berbaur dengan masyarakat untuk membina dan melatih teknologi pengolahannya.

Saat pertama kali menjejakkan kaki di Bumi memang pernah berikrar untuk menyumbangkan pikiran, tenaga, dan keahliannya demi kemajuan masyarakat Papua. "Kalau saya tinggalkan Papua, saya telah tinggalkan sesuatu buat mereka. Masyarakat akan mengenang hasil karya saya di sini." Impian itu kini terkabul. Berkat Made, buah merah mendunia dan menjadi modal berharga bagi masyarakat Papua.
Hasil Penelitian Farmasi ITB

Tidak ada satu pun professional dari kalangan medis yang meragukan manfaat buah merah untuk kesehatan. Namun, menyebutnya sebagai obat penyakit tertentu, nanti dulu! Apalagi kalau buah merah dicap sebagai penyembuh aneka penyakit degeneratif. Kebanyakan profesional yang paham benar aturan di dunia medis itu mempertanyakan tahap-tahap pengujian yang sudah dijalani oleh buah merah.

Salah satu pertanyaan yang paling sering terlontar ialah berapa dosis aman untuk dikonsumsi manusia? Apa dasar pemberian dosis itu? Kini pertanyaan tentang dosis itu sudah dijawab dengan riset ilmiah yang dilakukan oleh Prof Dr Elin Yulinah Sukandar dari Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Bandung (FMIPA-ITB).

Elin, doktor Farmakologi alumnus ITB melakukan uji toksisitas akut pada mencit, Maret 2005. Ada 2 kelompok mencit yang dijadikan sebagai kelinci percobaan. Masing­masing terdiri atas 6 ekor: 3 jantan dan 3 betina berbobot 25-30 g. Mus cervicolor berumur 3 bulan itu dipuasakan selama 16 jam. Setelah itu sebuah kelompok diberi ekstrak sari buah merah dengan dosis 2 g; kelompok lain, 5 g per ekor.

Dosis pemberian itu mengacu pada OECD yang berpusat di Jepang. Lembaga itu sejak 2001 merekomendasikan 2 g sebagai dosis percobaan dari sebelumnya 5 g. Kemudian sampai 14 hari perilaku satwa yang aktif pada malam hari itu diamati. Ada 26 hal yang menjadi objek pengamatan Elin. Beberapa di antaranya apakah mencit mengalami tremor (tubuh bergetar), writhing (berjalan dengan menyeret perut), katalepsi (gangguan kemampuan menggantung), dan grooming (kaki kerap menggaruk-garuk mulut).

Hasilnya, pada mencit jantan tremor, writhing, dan katalepsi masing-masing 0%, sedangkan grooming 66,7%. Pada mencit betina tremor, writhing, dan katalepsi masing-masing juga 0%; grooming 33,3%. Itu berarti, "Dosis itu relatif aman," kata Prof Elin. Jika dikonversi ke manusia yang berbobot 70 kg, misalnya, dosis itu setara 240 g. Volume tiga sendok makan buah merah sekitar 45 ml setara 36 g.

Yang juga diiuji di jurusan Farmasi ITB adalah klaim buah merah sebagai antiinfeksi. Ini memang baru uji pendahuluan yang hasilnya amat menggembirakan. Prof Elin Yulinah Sukandar memanfaatkan 3 kelinci jantan berbobot masing-masing 2,5 kg. Di punggung—setelah kulit dikerok—setiap kelinci disuntikkan 3 cendawan/bakteri berbeda: Candida albicans, Staphylucoccus aureus, dan Microsporum gypseum. Menurut dr Willie Japaris Candida albicans cendawan penyebab penyakit infeksi pada saluran pernapasan, pencernaan, dan organ lain. Ia menyerang pasien yang memiliki kondisi tubuh lemah dan acap terjadi pada penderita HIV/AIDS.

Staphylucoccus aureus jenis kuman penyebab infeksi kulit hingga terjadi bisul atau luka bernanah. Ia juga menyerang saluran pencernaan dan pencernaan. Sedangkan Microsporum gypseum penyebab penyakit kulit, pemakan zat tanduk atau keratin, serta merusak kuku dan rambut. Selama 9 hari setelah penyuntikkan cendawan, Elin mengamati eritema alias pemerahan, eschar atau luka, dan pembentukan udem atau yang populer sebagai bengkak.

Sehari setelah diberi bakteri dan cendawan, indeks iritasi sedang pada skala 4. Artinya, eritema berat dan pembentukan eschar. Namun, setelah luka diolesi ekstrak buah merah hari ke-2, skala iritasi turun menjadi 3. Iritasi itu kian mengecil dan sembuh total pada hari ke-8 dan sebagian ke-9. Sebaliknya, kelinci yang tak diolesi ekstrak buah merah hingga hari ke-9 belum juga sembuh. Saat itu indeks iritasi pada skala 2 (eritema sedang-berat) alias masih tetap mengalami peradangan. Dengan uji itu buah merah amat berpotensi sebagai antiiritasi/infeksi.

Klaim buah merah sebagai antiinflamasi juga diteliti. Pada Maret 2005 Suwendar MSi menguji klaim itu pada 3 kelompok mencit—masing-masing 7 ekor. Kaki kiri belakang mencit disuntik dengan 0,05 ml karagenan supaya membengkak. Penanganan setiap kelompok berlainan.

Pembengkakan kaki sebuah kelompok diatasi dengan cara mengoleskan buah merah. Setelah itu luka ditutup dengan plastik transparan. Kelompok lain diolesi dengan obat lain yang telah mapan di pasaran. Obat itu mengandung metil salisilat. Pengolesan kedua obat itu sejam, 4 jam, dan 8 jam setelah penyuntikkan karagenan. Sebuah kelompok lagi tanpa perlakuan apa pun. Setelah itu luas pembengkakkan sebelum dan setelah pengolesan diukur dengan pletismometer. Hasil riset menunjukkan, buah merah tidak terlalu signifikan sebagai obat antiinflamasi.
Hasil Penelitian Farmasi UI

Riset toksisitas akut yang merupakan kerjasama dengan majalah Trubus juga ditempuh koleganya, Dr Yandiana Harahap dan Dra Syafrida Siregar Apt dari Jurusan Farmasi Universitas Indonesia. Hasil uji toksisitas mereka menunjukkan, LD50 mencit jantan sekitar 2,687 g/kg bobot tubuh; mencit betina, 6,714 g/kg bobot tubuh. "Potensi ketoksikan pada jantan, sedikit toksik dan pada betina hampir tak ada toksik," ujar Yandiana seperti tertera pada hasil pemeriksaan. Yandiana sepakat dengan Elin, dosis buah merah yang selama banyak dianjurkan cukup aman. "Harus ada penelitian lanjutan untuk mengetahui akumulasi konsumsi," katanya.

Uji lain juga diperlukan untuk mengetahui EDS, alias dosis efektif konsumsi buah merah. Dari angka itulah diketahui, Indeks Terapi (IT) dengan cara membagai LD50 dengan ED50. Menurut Dr Anas Subarnas dari Jurusan Farmasi Universitas Padjadjaran, "Makin tinggi Indeks terapi suatu obat berarti makin aman. Artinya jarak antara LD50 dan EDSC makin jauh. LD50 semakin tinggi, artinya konsumsi buah merah yang banyak pun masih aman."
(Sumber: Buku Keajaiban Buah Merah Kesaksian Dari Mereka Yang Tersembuhkan, Penulis Bernard T. Wahyu Wiryanta)
Info Link : http://www.deherba.com/bukti-ilmiah-sari-buah-merah-3.html



Testimonial Pengguna Buah Merah



Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Ordo: Pandanales
Famili: Pandanaceae
Genus: Pandanus
Spesies: P. Conoideus
Nama binomial
Pandanus conoideus
Lam.
info link http://id.wikipedia.org/wiki/Buah_Merah_Papua

Stamina Prima Berkat Buah Merah
Marthen Wenggi, Wamena, Jayawijaya

Marthen Wenggi lahir di Wamena pada tanggal 10 Maret 1956. la adalah seorang guru di sebuah SD Negeri di Wamena, sekaligus seorang mahasiswa MIPA di Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua. Pria enerjik yang malang melintang selama 30 tahun di pedalaman sebagai guru ini, mengenal Buah Merah sejak 30 tahun lalu. Tepatnya, ketika bertugas di pedalaman. Waktu itu, menurut Marthen, untuk mendidik masyarakat di pedalaman ia harus menyatu dengan masyarakat terlebih dahulu. Caranya adalah dengan memakan apa yang mereka makan dan hidup berbaur mengikuti adat-istiadat mereka.

Di kawasan pedalaman Yalimo, Marthen mulai makan dengan penduduk setempat. Makanan yang dihidangkan adalah ubi bakar dengan sayuran yang dicampur Buah Merah. "Ubi bakar dikupas, ditaruh di atas daun pisang, dicampur sayuran. Kemudian Buah Merah dikuliti dan dikramas (diremas dengan tangan hingga pasta dan minyaknya mengalir) di atas ubi. Rasanya enak sekali," Marthen mengenang saat pertama kali mengonsumsi buah endemik Papua tersebut.

Sejak saat itu, setiap hari Marthen selalu menyertakan Buah Merah dalam menu masakannya. Hasilnya, hingga saat ini Marthen sehat dan tidak mengidap suatu penyakit apa pun. Dalam bertugas, berjalan berkilo-kilometer dilakoninya tanpa kehabisan energi, walaupun saat berjalan, asap mengepul dari gulungan tembakau di bibirnya. Hingga saat ini, Marthen masih setia menenteng Buah Merah jika menumpang pesawat dari Wamena ke Jayapura.

Kanker Rahim Rontok Berkat Minyak Buah Merah
Ny. Rosdiati Arif, 48 th, Jl. Kaliprogo II RT 09 RW 3, Padang Harapan, Bengkulu, Telp. (0763) 27594

Awalnya, kehidupan sehari-hari Ny. Rosdiati biasa saja. Kehidupan istri pensiunan pegawai negeri ini mulai berubah sejak tahun 2002. Tepatnya, saat dokter memvonisnya menderita kanker rahim stadium 2B. Hal ini tentu saja mengejutkan Rosdiati.


Setelah berobat ke RSU Palembang, ia harus menjalani operasi dan kemoterapi. Hingga akhir 2003, Ny. Rosdiati menjalani kemoterapi sebanyak enam kali. Meskipun demikian, penyembuhan yang dilakukan tenaga medis ini tidak banyak mengurangi penderitaan perempuan berumur 48 tahun ini. Bahkan, badan Rosdiati lama-kelamaan menjadi kurus, loyo, rambut rontok, dan sering sakit-sakitan.

Setelah mengalami penderitaan selama lebih dari satu tahun, pada bulan Februari 2003 Ny. Rosdiati mendapat kiriman minyak Buah Merah dari keponakannya yang tinggal di Wamena, Papua. Tanpa berpikir panjang, ia segera meminum minyak Buah Merah tersebut tiga kali sehari. Sekali minum satu sendok makan.

Tepat setelah 20 hari minum minyak Buah Merah, dari rahimnya keluar potongan-potongan daging (menyerupai daging yang dicincang) berwarna merah sebesar ujung kelingking. Pada bulan Juni, ia mendapat kiriman minyak Buah Merah lagi sebanyak 300 ml. Setelah diminum, dari rahimnya keluar lagi potongan daging yang diduga kanker yang menyerang rahimnya. Pada bulan September, juga demikian, yakni dari rahimnya keluar lagi potongan daging menyerupai lemak ayam. Selanjutnya, pada bulan Desember sering keluar cairan berwarna putih kental bercampur dengan bintik merah yang berbau anyir. Sejak itu, kondisi Ny. Rosdiati berangsur membaik.

Saat ini, kondisi fisik Ny. Rosdiati jauh lebih baik dibandingkan dengan 2-3 tahun lalu. Dulu, berat badannya turun drastis hingga tinggal 46 kg, tetapi sekarang sudah normal seperti semula, yakni 55 kg. Badannya sudah terlihat segar, tidak pucat, dan rambutnya pun tidak rontok lagi.

Rasa Sakit Akibat Kanker Otak Berkurang
Heni Winarti, Batu, Jawa Timur

Ibu Guru SD Tlekung ini adalah lahir pada tahun 1961 dan tinggal di Kota Apel, Batu, Jawa Timur. Di daerah pegunungan yang sejuk itulah Heni melakukan aktivitasnya sehari-hari. Awalnya kegiatan belajar mengajar di SD tersebut terlaksana dengan wajar. Namun, sejak pertengahan 2004, ada perasaan yang berbeda di kepalanya. Dalam sehari, selama sekitar 15 menit, kepalanya terasa sakit dan telinga berdenging, sehingga aktivitasnya terganggu. Kondisi seperti ini bisa terulang beberapa kali dalam sehari. Karena tidak tahan menanggung siksaan, Heni mengunjungi dokter. Setelah kepalanya di-scan, oleh dokter Heni dinyatakan mengidap kanker otak dan harus dioperasi. Tentu saja ibu guru ini kaget dan menolak pengangkatan kanker dari kepalanya. "Saya takut kalau harus dioperasi," katanya.

Pada akhir 2004, oleh teman sejawatnya sesama guru, Heni diberi minyak Buah Merah dan disuruh meminumnya. Setelah berkonsultasi dengan dokter, ia pun diperbolehkan mengonsumsi minyak dari buah asal Papua tersebut. Awalnya, Heni hanya mengonsumsi satu sendok makan setiap hari. Seminggu kemudian, kepalanya pun mulai enteng. Tidak seperti sebelumnya, sakit di kepalanya mulai berkurang dan hanya sesekali menyerang.

Akhirnya Heni memesan minyak Buah Merah langsung dari sentranya di Wamena. Dosisnya pun ditingkatkan menjadi dua kali sehari, sekali minum satu sendok makan. Karena kondisinya membaik, akhirnya secara rutin ia menkonsumsi tiga sendok makan setiap hari. Walaupun belum sembuh secara total, siksaan di kepalanya bisa mereda. Bahkan, sejak mengonsumsi minyak Buah Merah, obat-obatan dari dokter mulai ditinggalkannya. Secara medis, sampai saat ini belum ada keterangan tentang kondisi kanker di kepalanya, tetapi yang jelas kondisi kesehatannya sudah membaik. Kegiatan belajar mengajarnya pun sudah normal lagi.

Calon Kanker Mulut Rahim Berkurang
Ussy Sulistyowati, Artis Sinetron dan Bintang Iklan

Gadis kelahiran 13 Juli 1980 ini adalah seorang artis sinetron dan bintang iklan. Sampai saat ini sudah 16 judul sinetron dibintanginya dan tiga buah iklan memakai paras ayunya. Pemeran tokoh Mince dalam sinetron "Cintaku di Rumah Susun" ini pada bulan Juli 2004 mulai merasakan kejanggalan di mulut rahimnya. Setelah diperiksa, ternyata ada endovestrosen, yaitu jaringan tumbuh yang biasanya muncul saat menstruasi dan berpotensi menjadi kanker.

Ussy pun terbang ke Singapura untuk dibiopsi, melihat jaringan tersebut kanker ganas atau tidak. Biopsi yang dilakukan di Rumah Sakit Mount Elisabeth itu menunjukkan adanya kelenjar berwarna putih sepanjang 3 cm yang menurut dokter berpotensi menjadi kanker dalam kurun waktu 5-10 tahun lagi. Ussy menderita prakanker dan dokter menyarankan untuk operasi.

Saat pulang ke Jakarta untuk menunggu operasi, Ussy mendapat informasi dari seseorang agar ia mengonsumsi sari Buah Merah dari Papua. Kebetulan saat itu sari Buah Merah asal Papua sedang ngetrend dan menjadi buah bibir. Dua minggu sebelum berangkat ke Singapura untuk operasi, Ussy mengonsumsi sari Buah Merah sebanyak satu sendok teh, dua kali sehari.

Sesampainya di RS Mount Elisabeth, dokter yang menanganinya keheranan, karena lingkaran putih calon kankernya yang semula sepanjang 3 cm telah menyusut hingga tinggal 1 cm. Ussy mengatakan kepada dokternya dengan jujur bahwa selama di Jakarta ia meminum sari Buah Merah. Karena dokter di sana tidak mengenal Buah Merah, Ussy pun menjelaskannya secara panjang lebar bahwa di Indonesia ada Buah Merah yang oleh masyarakat dimanfaatkan untuk pengobatan. Meskipun demikian, kelenjar yang berpotensi menjadi kanker di mulut rahim Ussy tersebut tetap dioperasi. Hasil kerja sari Buah Merah selama dua minggu yang mampu melenyapkan calon kanker sepanjang 2 cm dituntaskan oleh dokter RS Mount Elisabeth.

Sampai sekarang di sela-sela kesibukannya Ussy masih setia mengonsumsi sari Buah Merah asal Papua. Sari buah yang diperoleh dari temannya yang bekerja di Papua pun kini dikonsumsi oleh semua anggota keluarganya.

Selamat Tinggal Ambeien
Hari Tjahyono, Ssi, Lembah Baliem, Jayawijaya

Pria kelahiran Ponorogo tanggal 1 Juni 1964 ini adalah seorang sarjana lulusan Universitas Terbuka. Pada tahun 1985, Hari berlayar ke Papua dan terbang ke Kecamatan Oksibil di Pegunungan Bintang, Lembah Baliem, tepatnya di Maki. Di sana, pria yang beristrikan perempuan dari Ranah Minang ini mengajar matematika dan berdakwah menyebarkan agama Islam kepada penduduk penganut animisme.

Pada tahun 1999, Hari mulai merasakan lubang duburnya panas setiap buang air besar (BAB) dan duduk pun menjadi tidak enak. Lama-kelamaan, jika buang air besar, darah keluar bercampur dengan kotoran, sehingga duburnya terasa panas dan sakit. Saat berobat ke rumah sakit di Wamena, oleh dokter ia diberi obat antiambeien yang harus dimasukkan ke dalam lubang dubur. Meskipun demikian, penyakitnya tak kunjung sembuh.

Siksaan setiap kali buang air besar tetap saja menimpanya. Hal ini tentu membuat sang istri harus berkorban melupakan masakan khas kampung halamannya, masakan padang yang pedas. Soalnya, setiap kali menyantap masakan istrinya, Hari akan tersiksa, lubang duburnya bagai tersengat api, panas dan terasa pedas.

Siksaan yang dialami Hari berakhir setelah ia bertemu penulis buku Khasiat dan Manfaat Buah Merah: Si Emas Merah dari Papua, H. Machmud Yahya. H. Machmud Yahya yang waktu itu sudah mulai mengolah Buah Merah memberikan satu botol minyak Buah Merah (350 ml). Minyak Buah Merah yang diberikan ini diminum sekali sehari, satu sendok makan setiap hari. Seminggu kemudian, saat buang air besar, panas di duburnya mulai hilang. Warna merah yang bercampur dengan kotorannya bukan lagi darah, tetapi efek dari minyak Buah Merah yang dikonsumsinya. Ambeiennya sembuh dalam waktu satu minggu dan sampai sekarang tidak menyiksanya lagi. Yang membuatnya lebih senang adalah ia sudah berani menyantap masakan istrinya, masakan padang yang ekstra pedas.

Sembuhkan Asam Urat
Karni, Jayawijaya, Telp. 081344216199 dan (0969) 31895

Lelaki kelahiran Ngawi tanggal 10 Februari 1958 ini adalah alumni D3 Pertanian APP (Akademi Penyuluh Pertanian) Malang. Setelah menamatkan studinya di Malang, pada tanggal 9 April 1983, Karni menginjakkan kakinya di Bumi Cenderawasih. Pertama kali bertugas, Karni menjadi tenaga honorer sebagai penyuluh pertanian di Dusun Elagaema, Wamena, selama enam tahun. Di sana, ia sempat tidak makan nasi selama tiga bulan karena jatah berasnya tersendat. Maklum, waktu itu transportasi belum lancar.

Sejak pindah tugas sebagai penyuluh di KIPPK (Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan) Kabupaten Jayawijaya, ia banyak melakukan tugas sampai larut malam. Kendaraannya waktu itu adalah sepeda motor, yang harus menembus dinginnya suhu di Lembah Baliem. Pada pertengahan 2003, Karni mulai merasakan pegal-pegal dan linu di persendian tangan dan kakinya. Lama-kelamaan pegal dan linu itu menjadi sakit, terutama pada malam hari saat suhu dingin. "Setiap pulang malam, sendi terasa sakit dan sulit digerakkan, sehingga saya sering menangis saat mau tidur," kenangnya. Ternyata Karni terserang rematik dan asam urat. Pegawai Negeri bergolongan III B ini hampir setahun tersiksa rematik dan asam urat.

Pada akhir 2004, ia bertemu dengan kawannya, seorang guru SD yang penyakitnya sembuh setelah mengonsumsi Buah Merah. la kemudian dianjurkan minum minyak Buah Merah. Pertama kali minum, Karni merasa jijik. Namun, demi kesembuhan penyakitnya, Karni pergi ke Pasar Wamena dan membeli buah darah tersebut. Sampai di rumah, buah tersebut diolah sendiri dan minyak yang dihasilkan diminumnya. Karena tergolong pria bandel, Karni pun minum minyak Buah Merah papua asal-asalan. "Ya, kalau ingat saja minumnya," tegasnya.

Sebulan sejak minum minyak Buah Merah, Karni mulai merasakan adanya perubahan. Rasa sakit di persendian tangan dan kakinya mulai hilang. Tangannya dengan enteng bisa digerakkan tanpa rasa sakit. Keluar malam pun sudah tidak ada masalah. Karni sembuh berkat minyak Buah Merah buatannya sendiri. Namun, untuk berjaga-jaga dari serangan lanjutan, ia rutin mengonsumsi minyak Buah Merah ini. Selain asam uratnya sembuh, Karni juga jarang masuk angin walaupun harus keluar malam mengendarai sepeda motor. "Badan jadi enak dan segar tanpa masuk angin," kata Karni.

Menstruasi 4-5 Bulan Sekali, Lancar Dalam Tiga Minggu
Siti Aminah, Paprungpanjang, Bogor

Siti Aminah, (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pelajar SMU di Bogor. Siklus haid gadis kelahiran tahun 1988 ini berbeda dengan teman­teman sebayanya. Sebab ia hanya mengalami menstruasi setiap 4-5 bulan sekali. Selain siklus haidnya tidak teratur, Siti Aminah juga tersiksa tatkala haid datang karena pinggangnya sangat terasa sakit dan perutnya mual serta melilit.

Siksaan yang dialaminya ini mulai berakhir sejak pertengahan Januari 2005. Ketika itu, secara kebetulan ia memperoleh sari Buah Merah dari kakaknya. la pun meminumnya 1 sendok makan 1 atau 2 kali sehari untuk meningkatkan stamina, tanpa pernah tahu sebelumnya bahwa sari Buah Merah yang diminumnya itu bisa membantu melancarkan siklus haid.

Percaya atau tidak, tiga minggu kemudian, ia mulai mendapatkan siklus rutinnya sebagai seorang wanita dewasa. Memang nyerinya masih ada tetapi tidak seperti biasanya. Sebulan kemudian ia mulai mendapat haid lagi dan rasa sakitnya berkurang. Sejak itu, ia mulai rutin mendapat haid sebulan sekali tanpa rasa sakit.

Selain Siti Aminah, masih ada dua lagi wanita yang merasakan khasiat dan manfaat Buah Merah untuk membantu kelancaran sikius haid bulanannya. Umumnya mereka mempunyai keluhan yang serupa dengan Siti.

Hepatitis vs Sari Buah Merah
Heru Alamsyah, JI. Raya Jatimalcmur, Bekasi

Heru Alamsyah adalah anak kedua dari tiga bersaudara yang masih duduk di bangku kelas II SMA di Bekasi. Sejak empat bulan yang lalu, siswa yang jago ilmu fisika ini terserang virus hepatitis. Istilah ibunya waktu itu, Heru terkena sakit kuning. Tentu saja hal ini membuat Heru harus kehilangan waktu beberapa hari untuk belajar fisika di sekolahnya. Karena dokter waktu itu memintanya beristirahat di rumah untuk sementara waktu. Menurut dokter ia harus berpantang makanan yang mengandung minyak. Hal ini tentu saja agak memutuskan harapannya. Soalnya, ia baru saja mendapat sari Buah Merah yang rencananya akan digunakan untuk menyembuhkan penyakit hepatitisnya. Padahal sari buah dari Papua yang akan diminumnya ini dalam bentuk minyak.

Akhirnya, pria kelahiran 27 Maret 1988 ini nekat meminumnya. Satu sendok teh sari Buah Merah diminumnya 2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Setelah meminumnya, badan memang agak terasa lemas, tetapi Heru diam saja, takut disalahkan oleh orang tuanya.

Ternyata badan lemas tersebut dialami oleh semua orang yang mengonsumsi sari Buah Merah. Ajaib, dari hari ke hari badan dan wajahnya menjadi segar dan kelopak matanya jernih tidak berwarna kuning lagi.

Asam Urat Sembuh dalam Seminggu
Ayub S. Parrrata, 731h, Penganggrek Nasional, JI. Tangkuban Perahu No. 157, Cikole, Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Telp. (022) 2789286

Ayub S. Parnata yang lahir di Bandung pada tanggal 4 Desember 1932 merupakan nama yang tidak asing di kalangan penggemar anggrek. Sedikitnya ia berhasil menyilangkan 10.300 jenis anggrek unggulan yang beberapa di antaranya telah didaftarkan di pusat peranggrekan internasional, yaitu The Register of Orchid Hybrids, Royal Horticultura Society, Vincent Square, London, Inggris. Karenanya, beberapa hasil karyanya menghebohkan penganggrek di luar negeri. Maklum, sejak tahun 1947, kakek ini sudah berkutat dengan anggrek. Sejak itu, praktis kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari tanaman anggrek.

Sejak pertengahan 2004, aktivitasnya "bermesraan" dengan anggrek agak terganggu. Bapak anggrek ini terserang asam urat. Menurutnya, ketika serangan asam uratnya kambuh, kakinya sangat sakit. Bahkan, bergerak sedikit saja sakitnya luar biasa. Karenanya, tidak jarang ia hanya bisa berbaring di tempat tidur. Serangan hebat terjadi lagi saat ia ngemil suuk (makan kacang tanah). Serangan asam urat di kakinya ini secara rutin menyerangnya, tidak hanya pada malam hari, tetapi juga siang hari saat ia harus mengurus anggrek­angreknya.

Pada bulan Juni 2004, sebagai salah satu tokoh tani, Ayub berangkat ke Manado untuk mengikuti temu Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA). Pada pertemuan ini banyak dibuka stand dari penjuru tanah air yang memamerkan produk unggulan. Di salah satu stand dari Provinsi Papua, Ayub secara kebetulan melihat produk berupa minyak Buah Merah. Oleh penjaga stand tersebut, ia disarankan meminum minyak Buah Merah sebanyak satu sendok makan, dua kali sehari. Karena ingin penyakitnya sembuh, Ayub pun membeli sebotol minyak Buah Merah ukuran 200 ml dan meminumnya satu sendok makan, tiga kali sehari.

Sebenarnya waktu minum pertama kali ia tidak yakin asam uratnya bisa sembuh. Keraguan itu disebabkan warna minyak Buah Merah tersebut menurutnya tidak lazim, apalagi tidak berasa dan tidak berbau. Saat diminum, minyak tersebut terasa nggelontor di lehernya. Meskipun demikian, ia mencoba "menganilisis" warna merah tersebut. la pun bisa memastikan bahwa warna tersebut disebabkan kandungan berupa tokoferol dan betakaroten yang jika sudah masuk ke dalam tubuh menjadi vitamin A. "Dan ini pasti ajaib," begitu pikirnya.

Sejak minum minyak Buah Merah, keajaiban mulai terjadi. Rasa sakit akibat asam uratnya berangsur­angsur menghilang. Sungguh luar biasa, setelah satu minggu mengonsumsi minyak Buah Merah, asam uratnya lenyap. Pengalaman berharga ini kemudian diberitakan kepada mertuanya yang juga mengidap asam urat. Setelah mengonsumsi minyak Buah Merah, penderitaan mertuanya juga sembuh. Meskipun demikian, baik Ayub maupun mertuanya tetap berpantang aneka makanan yang bisa memicu kambuhnya asam urat, terutama jeroan dan kacang tanah. Setelah sembuh dari asam urat dan tubuhnya semakin bugar, anggrek-anggrek Ayub kembali kebagian sentuhan tangan dinginnya.

Dua Botol Sari Buah Merah Sembuhkan Asam Urat
Diah Hadaning, Sastrawati, Depok

Diah Hadaning yang lahir di Jepara pada bulan Mei 1940 ini adalah nama yang tidak asing di dunia sastra Indonesia. Ibu tiga orang putra ini pernah menjadi redaktur budaya di mingguan terbitan Jakarta, Tabloid Podium, dan dewan pendiri Komunitas Sastra Indonesia. Sampai saat ini paling tidak ia sudah berhasil meluncurkan buku sastra sebanyak 33 judul yang 10 judul di antaranya ditulisnya sendiri. Kiprahnya di sastra Indonesia sudah menghasilkan penghargaan dari Eboni untuk puisi pelestarian hutan tahun 1994, dari Malaysia pada tahun1980, dan dari Lembaga Pusat Kebudayaan Jawa pada tahun 2003.

Aktivitas berkesenian nenek berumur 65 tahun dengan dua orang cucu ini pada pertengahan Januari 2005 mulai terganggu. Sastrawati yang senang bermeditasi ini mulai merasakan gangguan pada persendian di kaki kirinya. Waktu itu, ia mengobati dirinya sendiri dengan herbal yang didapat di pekarangan rumahnya dan dibantu dengan meditasi tentunya. Herbal yang diminumnya adalah krokot yang direbus dan diminum airnya pada pagi dan sore hari saat persendian kakinya terasa sakit. Hasilnya, esok harinya kakinya mulai terasa enteng. Namun, penyakit ini tak kunjung hilang, bahkan untuk menaiki tangga rumahnya ia merasa kesulitan. Lama-kelamaan persendiannya membengkak dan terasa ngilu. Rebusan herbal yang didapat dari pekarangan rumahnya pun tidak banyak membantu. Alhasil, Diah pun terkena serangan asam urat. Menurutnya, hal ini karena faktor keturunan dan karena terlalu banyak mengonsumsi sayuran berserat, seperti daun pepaya dan daun singkong.

Pada bulan Februari 2005, Diah mendapat sebotol sari Buah Merah 130 ml dari anak keduanya. la pun meminumnya satu sendok teh dengan interval dua kali sehari. Pertama kali minum, Diah merasakan badannya lemas. Namun, karena ingin sembuh, ia terus meminumnya secara rutin. Seperti biasanya, terapi ini ia barengi dengan meditasi. Setelah satu botol habis, ia diberi lagi satu botol 130 ml. Belum habis isi botol kedua ini, rasa ngilu di persendiannya sudah hilang. Begitu juga bengkak di kakinya. Sekarang untuk naik tangga ia sudah tidak kerepotan lagi. Kakinya sudah terasa enteng dan bisa berjalan normal.

Darah Tinggi Menurun dan Maag Sembuh
H. Abdus Salam, Wamena, Jayawijaya

Arek Madura kelahiran Jember 28 Februari 1958 ini datang ke Papua pada tahun 1987 dengan perasaan duka. Pasalnya, Salam, demikian panggilannya sehari-hari, baru saja ditinggal lari oleh istrinya. Dengan perasaan broken heart, lulusan SMP Probolinggo ini berlayar ke Papua dan menetap di Wamena. Di Lembah Baliem ini ternyata lapangan pekerjaan tidak ada, hingga Salam akhirnya menjadi kuli di pabrik tebu. Tiga tahun bekerja di sana, Salam berhasil menggaet adik perempuan majikannya. Setelah itu, Salam pun mulai mandiri. Lama-kelamaan ia berhasil menjadi seorang pengusaha yang terbilang sukses di Wamena, tentu saja berkat dukungan istri barunya yang setia. Bidang usahanya antara lain angkutan darat, industri tabu, kontrakan, kontraktor, dan industri Buah Merah.

Disebabkan perubahan gaya hidupnya, pada tahun 1989, Salam terkena penyakit komplikasi antara darah tinggi, maag, dan asam urat. Saat berkunjung ke dokter, tensim­eter menunjukkan angka 230/110 dan asam uratnya 6,8. Maagnya juga menyiksa, apalagi saat ia menyantap masakan pedas, sehingga perutnya terasa perih dan melilit. Obat­obatan dari dokter tidak banyak membantu meringankan penderitaannya.

Sejak akhir Desember 2004, Salam mulai mengonsumsi minyak Buah Merah yang banyak diproduksi di Wamena. Secara rutin ia minum dua kali sehari setelah sarapan pagi dan menjelang tidur, sekali minum satu sendok makan. Satu setengah bulan sejak mengonsumsi minyak Buah Merah, Salam kembali ke dokter. Oleh dokter, darah tingginya dinyatakan turun menjadi 140/80. Maagnya juga sudah sembuh dan Salam pun mulai berani makan masakan pedas.

Dua penyakit kambuhannya, darah tinggi dan maag memang lenyap, tetapi asam uratnya masih bercokol, tidak ada perubahan sedikit pun. Sampai sekarang, Salam masih menunggu keampuhan Buah Merah untuk menggempur asam uratnya. Untuk menjaga stamina, Pak Haji ini masih setia mengonsumsi minyak Buah Merah.

Herpes Kelamin Lenyap Dalam Dua Minggu
Ulfa, Karyawan Swasta, Jakarta

Ulfa, bukan nama sebenarnya, adalah seorang karyawati di sebuah perusahaan swasta. Gadis lajang berusia 21 tahun ini baru saja menyelesaikan pendidikannya di SMU dan langsung mendapatkan pekerjaan. Sejak sekolah di sebuah SMU di Jakarta, gadis ini terjebak dalam pergaulan bebas, sehingga menjadi penganut seks bebas pula. Karenanya, gadis ini sering berganti pasangan dan berdasarkaq pengakuannya dalam berhubungan seks ia tidak pernah menggunakan alat kontrasespi.

Pada awal Januari 2005, di sekitar selangkangannya muncul bintik­bintik berair yang terasa gatal. Lama­kelamaan bintik-bintik itu semakin gatal dan menyebar merata, bahkan sampai ke sekitar mulut vaginanya. Tentu saja hal ini mengagetkan dan membuatnya ketakutan, tetapi mau berobat ke dokter ia merasa malu. Ulfa kemudian mencoba mengobati dirinya sendiri dengan cara berendam di air panas yang sudah dicampur dengan PK (kalium permanganat). Selain itu, ia juga minum antibiotik. Meskipun demikian, upayanya tidak membuahkan hasil, bahkan penyakitnya semakin menyebar.

Pada akhir Februari 2005, Ulfa mendapat saran untuk minum sari Buah Merah sekaligus mengoleskan minyak atau salep Buah Merah ke bagian yang gatal tersebut. Ajaib, tiga hari berikutnya gatal-gatalnya mereda dan dua minggu kemudian herpesnya hilang sama sekali. Bahkan, bekas gatal-gatalnya di kulit paha dan di sekitar vaginanya hilang tak berbekas. Efek minum Buah Merah menjadikan staminanya di lingkungan kerjanya meningkat.

Sari Buah Merah Menyembuh­kan Alergi pada Bayi
Muhamad Faisal, Parungpanjang, Depok

Ny. Suhana adalah seorang ibu yang baru saja melahirkan bayi pertamanya. Tentu saja hal ini menggembirakan hatinya sebagai seorang ibu. Namun, kebahagiaan itu tiba-tiba harus berubah menjadi kesedihan. Pasalnya, satu bulan sejak melahirkan, bayinya yang bernama Muhamad Faisal menderita penyakit yang menyerupai kudis atau eksim di sekujur tubuhnya, dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Karena panik, bayinya yang baru berumur satu bulan tersebut dibawa ke sebuah Puskesmas di Parung. Menurut dokter, bayinya menderita alergi, tetapi tidak menyebutkan apa pemicu alergi tersebut. Setelah mendapat obat-obatan dari dokter, Ny. Suhana pun pulang dan merawat anaknya.

Dalam perawatannya, penyakit anaknya tak kunjung sembuh. Tentu saja ia tidak tega melihat buah hatinya tersiksa. Sebulan merawat bayinya di rumah, Ny. Suhana mendapat sari Buah Merah asal Papua yang konon ampuh dalam menyembuhkan penyakit dari salah seorang tetengganya. Dengan rasa penasaran, ia memberikan sari Buah Merah kepada bayinya dengan cara meminumkannya sebanyak 2 ml sekali minum. Intervalnya dua kali sehari. Selain diberikan dengan cara diminumkan, sari Buah Merah tersebut juga dioleskan ke sekujur tubuh bayinya.

Setelah diberi sari Buah Merah selama satu bulan, kondisi bayinya berangsur-angsur membaik. Penyakit yang menyerupai eksim di sekujur tubuhnya mulai menghilang sedikit demi sedikit. Hampir semua permukaan kulitnya mulus kembali.
Tekanan Darah Tinggi dan Herpes Kulit Hilang dalam Waktu Satu Bulan
Lettu (Purn) H. Abdul Karim, Bogor

H. Abdul Karim adalah seorang purnawirawan TNI AD dengan pangkat terakhir letnan satu. Abdul Karim pernah bertugas di Divisi Siliwangi sebagai seorang pejuang perintis dan penegak kemerdekaan Republik Indonesia. Pejuang yang kenyang bergerilya ini kelahiran tahun 1922. Semasa bertugas ia banyak melakukan perang gerilya di Pulau Jawa, dari Banten, Yogyakarta, sampai Surabaya. la juga terlibat dalam Serangan Umum 1 Maret 1949.

Kini, H. Abdul Karim yang sudah berusia lanjut ini mulai terkena beragam penyakit. Enam tahun yang lalu ia terserang penyakit kulit. Awalnya hanya gatal, kemudian timbul bintik-bintik berair yang semakin lama semakin terasa gatal. Setelah diperiksakan ke dokter, ternyata penyakitnya adalah herpes. Selain terserang virus herpes, ia juga terserang penyakit tekanan darah tinggi.

Pada bulan Januari 2005, Ny. Abdul Karim membeli sebotol sari Buah Merah. Memang untuk ukuran mereka, harga sari Buah Merah tersebut terhitung mahal, tetapi demi kesembuhan suaminya, sang istri membelinya juga. Waktu itu, H. Abdul Karim meminum sari Buah Merah sebanyak satu sendok makan dua kali sehari. Seperti para penderita lain, pertama kali minum rasa mual dan lemas dirasakan anggota veteran ini. Meskipun demikian, setelah satu bulan, tekanan darahnya mulai normal dan bintik-bintik gatal karena virus herpes yang ada di sekujur tubuhnya pun mulai menghilang. Sampai sekarang, H. Abdul Karim tetap minum sari Buah Merah.
Meningkatkan Stamina dan Libido
Lukas, Depok

Lukas, bersama beberapa temannya adalah tukang ojek di daerah Jakarta. Rata-rata teman satu grupnya berumur 30-45 tahun. Waktu operasi mereka adalah dari pukul 06.00-18.00 WIB, bahkan untuk mengejar setoran kadang-kadang mereka narik sampai malam. Pola kerja seperti ini tentu saja banyak menguras stamina mereka. Sesampai di rumah, kondisi fisik mereka sering kecapaian, sehingga kebutuhan biologis para istri sering terabaikan. Hanya tempat tidur yang menjadi tujuan mereka, untuk tempat memejamkan mata hingga pagi harinya.

Selama ini, untuk membantu meningkatkan staminanya, Lukas bersama teman-temannya selalu mengonsumsi minuman berenergi. Paling tidak, mereka bisa minum dua botol per hari. Meskipun demikian, cara ini tidak banyak membantu tubuhnya.

Pada pertengahan Februari 2005, Lukas bersama teman-temannya mecoba mengonsumsi sari Buah Merah. Waktu itu, mereka mencoba meminum sari Buah Merah sebanyak satu sendok teh pada malam hari menjelang tidur. Hasilnya ternyata berbeda-beda. Sebagian besar temannya merasa mual, mulas, badan lemas, beberapa menit kemudian mengantuk, dan tertidur. Namun pada pagi harinya, badan mereka menjadi segar dan semangatnya meningkat.

Lukas sendiri tidak merasakan mual, mulas, lamas, dan ngantuk. Efek yang dirasakannya 15 menit setelah meminum sari Buah Merah membuat gairah seksualnya meningkat, badannya menjadi segar dan fit seperti telah meminum minuman berenergi. Temannya ada yang merasakan hal serupa setelah setengah jam, ada yang satu jam, dan adapula yang merasakan libidonya meningkat setelah dua jam. Masuk angin dan pegal-pegal pun jarang menyerang walaupun harus narik ojek saat hari hujan dan panas.

Sampai sekarang, Lukas masih rutin mengonsumsi sari Buah Merah menjelang tidur. Badannya tetap fresh dan fit. Dan, jika lupa meminum sari Buah Merah, badan Lukas menjadi loyo dan seolah-olah kehilangan tenaga.

Eksim yang Diderita Selama Sembilan Bulan Sembuh
Widyawati, Parungpanjrang, Depok

Sebagai seorang istri pegawai negeri, selain sibuk sebagai ibu rumah tangga, Widyawati (bukan nama sebenarnya) sibuk di organisasi Dharma Wanita di lingkungan suaminya bekerja.

Sejak tahun 1996, Widyawati terserang eksim di kedua pergelangan kakinya. Lama-kelamaan eksimnya bertambah gatal dan semakin melebar. Selama ini Widyawati yang tinggal di Parungpanjang, Depok, rutin memeriksakan penyakitnya ke dokter spesialis kulit di Semarang, Jawa Tengah. Di Semarang, Widyawati diinjeksi agar penyakitnya sembuh. Anehnya, sepulang dari Semarang eksimnya yang sudah berangsur-angsur sembuh, beberapa lama kemudian kambuh lagi.

Kejadian tersebut terus berulang hingga tahun 2004. Rasa gatal di kedua pergelangan kaki tersebut kadang-kadang menyerang dengan hebat dan secara reflek mendorong tangannya untuk menggaruk, sehingga kondisinya semakin bertambah parah. Karenanya, tidak mengherankan jika eksim tersebut semakin melebar dan semakin tebal. Selain berobat ke dokter ahli kulit di Semarang, ia juga mencoba berbagai macam salep untuk pengobatan eksimnya, tetapi hasilnya nol besar.

Pada bulan Januari 2005, kebetulan salah seorang anak perempuannya berjualan sari Buah Merah yang didapatkan dari Wamena, Papua. Oleh anak perempuannya tersebut, Widyawati disarankan meminum sari Buah Merah tersebut dan mengoleskannya di pergelangan kakinya yang terkena eksim. Widyawati meminum sari Buah Merah dua kali sehari sebanyak satu sendok makan. Pergelangan kakinya diolesi minyak Buah Merah setelah mandi atau buang air besar: Dari hari-ke hari eksim di kedua pergelangan kakinya mulai menyusut dan kulitnya mulai halus. Eksim yang diderita selama sembilan tahun itu kini telah sembuh. Perawatan dengan sari Buah Merah pun tetap rutin dilakukan untuk membersihkan bekas lukanya.

Tekanan Darah Turun dan "Gempa Bumi" Akibat Penyakit Jantung Lenyap
Sri Widowati, Ujung Aspal, Pondok Gede

Sehari-hari Sri Widowati yang berumur 59 tahun adalah ibu rumah tangga yang mengasuh 3 dari 4 anaknya. Anak pertamanya sudah lepas dari asuhannya karena sudah menjalin bahtera rumah tangga dan mempunyai rumah sendiri. Bu Wid, demikian ia biasa disapa, sejak muda sudah mengidap penyakit tekanan darah tinggi dan jantung. Bahkan, ia pernah dirawat beberapa kali di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta. Jika penyakit jantungnya sedang kambuh, seolah-olah ia merasakan sedang terjadi gempa bumi. Sedangkan, ketika tensi darahnya sedang naik, kadang-kadang anaknya yang terkena getah, ia pun marah­marah seenaknya.

Pada Desember 2004, anak pertamanya membawa satu botol besar yang berisi sari Buah Merah dari Papua. Waktu itu Bu Wid agak enggan dan jijik meminumnya, ia agak merasa mual dan ingin muntah. Setelah itu, badannya terasa lemas dan ia pun tertidur. Begitu bangun tidur keesokan harinya, perubahan drastis dialaminya. Badannya terasa segar dan fit "Seperti muda lagi", kata Bu Wid.

Setelah berlangsung sekitar 1 bulan, berangsur-angsur "gempa bumi" dan debaran jantungnya menghilang. Ketika ke dokter, tensimeter menunjukkan angka 110/90. Angka ini jelas berbeda dengan 2 bulan yang lalu, yang menunjukkan 220/140. Rasa berdenyut-denyut di kepala juga hilang, rasa sakit seperti ditusuk jarum di ulu hatinya juga lenyap. Namun, ia belum memeriksakan jantungnya ke RS Harapan Kita lagi. Baginya, yang terpenting adalah tubuhnya sudah terasa enak lagi.

Stroke Sembuh Setelah Minum Sari Buah Merah
Herry Sutjipto, Jati Makmur Bekasi

Herry Sutjipto yang tinggal di Jati Makmur Bekasi adalah seorang karyawan swasta yang bekerja di daerah Fatmawati, Jakarta Selatan. Pria kelahiran 23 Januari 1956 ini mengaku tidak pernah mengidap penyakit berbahaya.

Pada bulan Agustus 2004, perokok berat ini asyik menonton televisi. Tanpa disadarinya, tiba-tiba dari lengan sampai ujung jari tangan kanannya mati rasa, begitu juga kaki kanannya. Herry pun kebingungan. Istrinya segera menelepon sang kakak yang kebetulan seorang dokter. Melalui telepon, kakak iparnya menanyakan kondisi Herry, apakah matanya bisa terpejam dan lidahnya masih bisa menjulur. Kakak ipar ini curiga Herry terserang stroke. Atas saran sang kakak ipar, Herry dibawa ke RS Harapan Kita Bekasi. Disebabkan saat itu hari Minggu, dokter spesialis saraf sedang libur, sehingga Herry dilarikan ke UGD RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Namun, karena takut melihat situasi ruangan UGD yang menurut Harry menyeramkan, Herry meminta dibawa lagi ke RS Harapan Kita.

Setelah dilakukan pemeriksaan lewat CT-scan, di kepala Herry ternyata terdapat penyumbatan pembuluh darah sebanyak empat titik, tetapi belum sempat pecah. Herry terserang stroke dan harus menginap untuk menjalani perawatan selama dua minggu. Saat itu Herry sudah tidak bisa berjalan dengan normal, kaki kanannya harus diseret karena sudah mati rasa dan hampir lumpuh. Mandi sendiri juga sudah tidak bisa. Di samping itu, ia tidak bisa bicara lagi. Perkataannya ngelantur dan tidak terkontrol oleh otaknya. Memorinya lemah, sehingga tidak bisa mengingat teman dan keluarganya yang menjenguknya setiap hari.

Setalah dua minggu menjalani perawatan di rumah sakit ia melanjutkan perawatan sendiri di rumah. Praktis selama tiga bulan ia harus beristirahat dan tidak bisa bekerja di kantornya lagi. Sekembalinya dari rumah sakit belum ada perubahan yang berarti. la masih harus latihan berjalan dan banyak mengonsumsi obat.

Pada bulan Desember 2004, Herry melihat tayangan di salah satu stasiun televisi swasta yang membahas khasiat Buah Merah untuk penyembuhan berbagai penyakit, termasuk stroke. Setelah menonton tayangan di televisi, ia mencari produk sari Buah Merah di daerah Gunung Sahari, Jakarta. Kemudian secara rutin ia minum sari Buah Merah tersebut.

Sejak mendapatkan sari Buah Merah, Herry minum satu sendok makan dua kali sehari. Berangsur-angsur manfaat sari Buah Merah ini mulai terasa. Tangan dan kakinya mulai pulih. Sebalumnya, selain mati rasa, kedua organ tubuh tersebut terasa panas.

Sekarang ia sudah bisa berjalan normal, tangannya baik, dan sudah masuk kerja seperti biasa. Karena sembuh berkat pertolongan Tuhan melalui Buah Merah, sekarang Herry ikut berjualan sari buah dari Papua ini.

Radang Paru-paru Sembuh
Budi Sulistyo, Pelajar, Bekasi

Budi Sulistyo adalah seorang pelajar di sebuah SMU di Bekasi. Sebagai seorang pelajar yang gaul, tidak jarang Budi terjerumus dalam pergaulan yang negatif dengan teman-temannya. Merokok merupakan salah satu kegiatan rutin di sela-sela waktu luangnya. Kadang-kadang ia pun terlibat tawuran dengan sesama pelajar.

Pada awal November 2004, Budi mulai sesak napas dan di bagian dadanya terasa sakit. Perasaan menyiksa ini terus menyerangnya sampai dokter menyatakan ia terserang radang paru-paru dan harus mendapat perawatan di Rumah Sakit Harapan Kita, Bekasi, kemudian perawatan intensif di rumah. Dokterjuga menyarankan agar ia mau menjalani operasi. Namun, salah seorang kerabatnya menyarankan agar ia meminum sari Buah Merah yang didapat dari temannya di Papua. Atas desakan orangtua, Budi meminumnya walaupun merasa jijik.

Pertama kali meminum sari Buah Merah, Budi merasa mual, mulas, bahkan hampir muntah. Namun, karena setiap hari dipaksa, ia meminumnya secara rutin. Satu bulan setelah mengonsumsi sari Buah Merah, ia memeriksakan kodisi paru-parunya ke dokter. Dokter yang memeriksa dibuat keheranan, karena paru-paru Budi sudah normal tanpa ada penyakit lagi. Pertanyaan dokter dijawab oleh orangtuanya, bahwa Budi mengonsumsi sari Buah Merah. Dokter pun menyarankan agar Budi meneruskan mengonsumsinya.
Meninggalkan Food Supplement dan Beralih ke Sari Buah Merah
Devin S. Nasyori, Karyawan Swasta, Blok M, Jakarta

Devin yang lahir pada bulan Maret 1968 jni adalah seorang karyawan swasta yang tinggal di Blok M, Jakarta. Sebagai seorang pekerja di kota metropolitan yang kompleks, ia terbiasa menghabiskan waktunya di mobil dalam perjalanan ke dan dari kantornya di Kebon Jeruk yang selalu macet. Pola hidup dan makannya pun tidak teratur. Untuk meningkatkan staminanya, pria ini selalu mengonsumsi food supplement dalam berbagai bentuk dan merek. Meskipun demikian, kondisi tubuhnya tidak selalu fit. Karenanya selalu mencoba segala suplemen keluaran terbaru yang harganya terbilang cukup mahal. Masuk angin dan badan pegal-pegal pun menjadi langganan tetapnya.

Pada bulan Februari 2005, seorang teman dekatnya memperkenalkan sari Buah Merah kepadanya. Devin yang waktu itu tertarik dan kebetulan juga sudah mendengar cerita tentang kehebatan Buah Merah langsung mencobanya. Namun, setelah meminum satu sendok makan, badannya langsung lemas seperti tanpa tulang. Akhirnya ia pun langsung lesehan di lantai di rumah temannya dan tertidur selama tiga jam. Saat terbangun, badannya menjadi segar dan enteng. Akhirnya, ia membawa pulang 1/2 botol sari Buah Merah dari temannya itu.

Disebabkan tidak mempunyai keluhan penyakit, Davin hanya minum pada malam hari menjelang tidur. Dosisnya satu sendok teh sekali sehari. Sejak itu, badannya menjadi fit, serta tidak pernah masuk angin dan pegal-pegal lagi. Selama jni ia tidak pernah berolahraga, tetapi sejak minum sari Buah Merah ia sering melakukan jogging. Suplemen yang bermacam­macam merek pun ditinggalkannya.

Tensi Darah Menurun dalam Tiga Minggu
Ny. Hajjah Anas, Penderita Darah Tinggi, Jakarta

Ny. Hajjah Anas lahir di Kuningan, Jawa Barat, 22 Februari 1942. Sejak muda, ibu paruh baya jni mengidap penyakit tekanan darah tinggi. Obat-obatan dari dokter secara rutin diminumnya.

Pada awal bulan Februari 2005, salah seorang anak tercintanya yang sudah merasakan manfaat sari Buah Merah menyarankan untuk ikut mengonsumsinya. Sari Buah Merah dari sang anak diminumnya satu sendok teh dua kali sehari, pagi dan malam hari. Kebetulan sebelum mengonsumsi sari Buah Merah ia sempat ke puskesmas untuk memeriksakan tekanan darahnya. Saat itu, tensimeter menunjukkan angka 210/110.

Saat minum sari Buah Merah untuk pertama kalinya ia merasakan hal yang sama dengan anaknya, perutnya terasa mual dan badannya menjadi lemas. Namun, beberapa hari kemudian tubuhnya menjadi terasa fit. Tepat tiga minggu setelah minum sari Buah Merah ia kembali ke puskesmas untuk memeriksakan tensi darahnya. Berbeda dengan tiga minggu sebelumnya, tensimeter menunjukkan angka 170/110. Sebuah perubahan yang lumayan baik. Untuk lebih menyeimbangkan kerja jantungnya, Ny. Hajjah Anas sampai sekarang tetap mengonsumsi sari Buah Merah.
(Sumber: Buku Keajaiban Buah Merah Kesaksian Dari Mereka Yang Tersembuhkan, Penulis Bernard T. Wahyu Wiryanta)

Info Link : http://www.deherba.com/testimonial-pengguna-buah-merah.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Buah_Merah_Papua






Blog Advertising










Kembali   

0 comments:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Facebook Themes